SIBERSATU.COM -Jacob Ereste :
Acara ngobrol santai di Sekretariat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) Jl. Ir. H. Juanda No. 4 Jakarta Pusat pada hari Senen, 6 Maret 2023, kata Prof. Indira Santi Kertabumi adalah pertemuan hati, karena dari berbagai forum bertemu tanpa direncanakan, hingga sungguh terkesan acara kumpul-kumpul ini seperti dipertemukan oleh bumi yang mendukung kebersamaan dalam langkah dan gerakan bersama berikut.
Sosok Pemimpin itu harus lahir dengan bimbingan dan petunjuk serta restu para leluhur. Setidaknya, tidak mengabaikan aspirasi rakyat.
Hadir dalam acara ngobrol informal sejak siang hingga larut malam ini diantaranya adalah rombongan Tengku Zanzabella dan Raguan Sande serta rombongan, Cak Nurrochim dan kawan-kawan dari Majlis Musyawarah Pancasila, Jakarta Utara. Menyusul kemudian hadir rombongan Prof. Indira Santi Kertabumi bersama suami dan kawan-kawan.
Cak Nur Rachim memapar hakikat hidup manusia Indonesia yang pada dasarnya berbasis spiritualis. Sementara Prof. Indira Santi Kertabumi menambahkan bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi sesungguhnya membawa amanat ilahiah.
Jadi dalam konteks oposisi konstitusional itu, kata Cak Nurrochim merupakan bagian dari ekspresi atau implementasi dari amar ma'ruf nahi mungkar. Maka itu sikap kritisnya terhadap organisasi yang sangat dia cintai seperti NU (Nahdhatul Ulama) misalnya, tidak bisa dianggap salah dan berdosa, meski posisinya di organisasi Umat Islam terbilang paling besar di Indonesia sampai hari ini, dirinya hanya sebatas pengurus pada tingkat cabang di Wilayah Jakarta Utara.
Yang menarik, seperti diungkap Prof. Indira Santi Kertabumi, adalah pertemuan dari sejumlah elemen pendukung GMRI dan Posko pada momentum ini seakan sungguh dipertemukan oleh bumi.
Sehingga program besar GMRI dan Posko Negarawan yang tengah sibuk mempersiapkan pertemuan agung bersama 45 orang Negarawan yang terpilih untuk menyampaikan pesan kenegaraan pada 11 Maret 2023, seperti mendapat restu dari bumi dan langit.
Cak Nurrochim justru meyakini bila pertemuan di luar perencanaan yang cukup serta gayeng ini, dapat dipahami sebagai kehendak Allah SWT karena niat baik (nawaitu) dari ketulusan serta keikhlasan semua elemen yang telah bergabung dengan GMRI dan Posko Negarawan untuk kesuksesan hajat besar tersebut. Yaitu mengumpulkan tokoh nasional Indonesia yang hendak menyampaikan pesan kenegaraan pada momentum sejarah adanya Surat Perintah Sebelas Maret yang acap disebut Super Semar yang diyakini memiliki bobot spiritual yang patut direnungkan kembali.
Simbolika dari seruan 45 tokoh nasional itu pun telah matang dirancang dengan 17 Putra dan Putri bangsa dengan kostum khas Merah Putih.
Adapun pokok pikiran yang akan diserukan secara bersama tokoh nasional itu pada intinya adalah agar adanya upaya yang serius untuk menyelamatkan Indonesia dari keambrukan yang sudah berada pada titik nadir yang sangat mengkhawatirkan.
Demikian inti dari seruan yang akan disampaikan secara terbuka kepada pihak pemerintah, utamanya kepada Presiden Joko Widodo, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu sebagai penggagas sekaligus konseptor dari gagasan tersebut, tanpa merinci isi dari pernyataan tersebut.
Pokok-pokok pikiran yang akan diserukan bersama itu dianggap sangat penting dan urgen untuk disampaikan kepada Presiden dan diketahui secara meluas oleh segenap warga bangsa Indonesia agar secara bersama untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dan mendera seluruh warga bangsa yang sudah sangat menderita akibat kondisi ekonomi, politik dan budaya serta keagamaan yang tampak semakin tidak menentu.
Acara pertemuan yang berlangsung secara spontan ini semakin diyakini semacam petunjuk Illahi Rabbi untuk menggugah hati nurani segenap anak bangsa di negeri ini untuk meningkatkan kewaspadaan dari berbagai macam dan ragam bentuk ancaman bagi negara dan bagi bangsa Indonesia yabg nyata pada hari ini dan pada masa mendatang, imbuh Joyo Suwantoro, tokoh penghayat sekaligus Pengelola Lembaga Penghayat Kepercayaan di Indonesia.
Jakarta, 6 Maret 2023